Kamis, 04 Juli 2013

Saya Suka Kencan

Perasaan saya sedang dipenuhi rasa sangat rindu dengan kekasih. Saya merindukan kencan dengannya.

Rindu pergi nonton setelah itu makan berdua dan ngobrol yang lama. Yah kencan standar yang dilakukan sepasang kekasih. Jika suami sedang cuti, kami menyempatkan diri pergi berkencan keluar rumah. Walaupun harus mengulur-ulur waktu dengan anak-anak dulu sebelum pergi, kemudian dilanjutkan dengan usaha keras memberi pengertian pada si kakak, dan senjata terakhir yaitu membuat perjanjian manis nan indah antara ayah dan anak. Yes...akhirnya kami bisa berangkat kencan. Itu kalau deal, kalau belum biasanya kembali ulang lagi dari langkah awal. Sampai langkah terakhir ada kesepakatan karena perjanjiannya benar-benar "manis".

Tetapi selanjutnya, beginilah rasanya kencannya pasangan kekasih yang telah berkeluarga. Hati saya selalu mendua, apalagi setelah tahu di mal ternyata ada pameran khusus anak, ternyata restorannya asyik ada taman bermain, makanannya ada yang cocok untuk anak-anak. Saya jadi sangat merasa bersalah dan egois. Tapi saya berusaha tetap bijak meyakinkan diri sendiri kalau kami berdua memerlukan ini sekali-kali. Padahal biasanya sebelum kami mengkhususkan hari untuk kencan, hari-hari sebelumnya kami pakai untuk mengajak anak-anak jalan-jalan, bermain dan makan diluar. Dengan harapan nantinya waktu kami berdua tidak ada lagi perasaan bersalah datang.

Ternyata kami memang sudah berubah. Kami mendapati diri kami bukan lagi pasangan kekasih yang seperti dulu. Jika dulu sebelum menikah kami bisa punya waktu mengobrol sepanjang hari didepan teras rumah orang tua saya. Kami bisa pergi nonton ontime, bisa sekedar jalan-jalan sambil berpegangan tangan, bisa duduk lama-lama makan ice cream MC.D*****. Semuanya dilakukan santai tidak buru-buru. Sekarang, kami hanya bisa menggunakan waktu kencan kami diluar, maksimal empat jam. Beruntungnya saya bukan seorang yang puitis, yang bisa menggambarkan perasaan saya selama empat jam itu dalam bait demi bait yang panjang. Hanya maksimal dan saya puas. Jika sudah lebih dari itu rasanya kok keterlaluan ya? Oh mungkin ini tandanya kami bertumbuh. Naluri dan pandangan kami bertumbuh.

Sekarang anak-anak sudah mulai mengerti untuk ditinggal. Saya jadi semakin rindu untuk berkencan. Saya sudah menyusun rencana waktu kapan kami akan berkencan seperti yang biasa saya lakukan sebelum suami akan cuti. Saya lalu minta pendapatnya dan biasanya suami hanya tinggal menyetujui saja. Saya bahkan telah mengajukan satu proposal padanya untuk mengajaknya kencan bukan hanya untuk empat jam tetapi empat hari lebih. Tetapi suami masih ragu untuk menyetujuinya. Ragu karena hatinya pun mendua. Apakah saya jadi candu? Saya suka kencan. Saya ingin tetap bisa melakukan hal ini sampai kami mencapai usia tua. Saya ingin tetap bisa melakukan hal ini walaupun nanti kami sudah tidak berjarak jauh. Saya ingin lebih melakukan ini saat anak-anak sudah dewasa dan hati kami tidak mendua lagi. Saya suka kencan.