Kamis, 23 Agustus 2012

Resep Buah Naga ( 100% Dijamin Menyehatkan dan Menghangatkan Suasana Keluarga)


Buah naga memiliki beberapa manfaat yang sangat baik bagi tubuh. Jika ingin mengetahui lebih lanjut manfaat-manfaat tersebut, bisa klik "disini"

Saya tertarik dengan buah ini karena dapat membantu melangsingkan badan dan mengecilkan perut, tentunya juga karena kandungan vitamin C nya yang tinggi. Namun sayang, anak pertama saya, Karen tidak begitu menyukainya mungkin karena rasanya yang agak 'aneh' di lidahnya. Berbeda dengan si adik Sharon yang sangat menyukai buah naga. Saya pun berpikir bagaimana agar saya dan anak-anak dapat menikmati makan buah ini bersama-sama.

Dan akhirnya saya menemukan resep buah naga yang sederhana tetapi memiliki manfaat yang menyehatkan dan dapat mengakrabkan ibu dan anak. Dengan bahan utama buah naga tentunya, dicampur buah strawberry dan nata de coco. Karena semua menyukai jus jambu, maka saya memakainya sebagai 'saos' untuk mencampurkan semua bahan tadi.

Pertama, buah naga dan strawberry dipotong-potong sesuai selera. Campurkan bersama dengan nata de coco dalam satu wadah. Jumlah buah sesuai selera. Kemudian blender jambu, gula pasir secukupnya dan air secukupnya untuk menghasilkan jus jambu yang agak kental. Jus jambu dituangkan ke campuran buah potong tadi sebagai pelengkap.




Selamat mencoba, semoga bermanfaat ( '' - '' )

Kamis, 09 Agustus 2012

Nostalgia Batu Kajang

08 Nopember 2008, saya menikah di Yogyakarta

18 Januari 2009, pertama kalinya saya menginjakkan kaki di Batu Kajang

Batu Kajang adalah salah satu desa di wilayah kecamatan Batu Sopang, Kabupaten Paser, Provinsi Kalimantan Timur.

Suami saya saat itu bekerja pada perusahaan batu bara milik korea yang ada di Batu Kajang, dan saya bahagia sekali bisa ikut tinggal bersamanya disana. Kami menempati rumah barak / kos berukuran 6 x 4 meter, dengan 1 kamar tidur kecil, ruang tamu kecil, dapur dan kamar mandi seadanya. Lokasinya tepat dibelakang kantor kecamatan Batu Sopang, sekitar lapangan. Walaupun rumah kecil dengan perabotan seadanya, kami sebagai pengantin baru sangat menikmatinya.

April 2009, usia kehamilan saya memasuki 4 bulan. Saya melamar pekerjaan di GPIB "Effatha" Batu Kajang sebagai tenaga honorer tata usaha dan diterima. Saya bekerja paruh waktu disana dengan hari kerja selasa sampai sabtu mulai pukul 09.00 - 13.00 Wita.  Alasan utama saya melamar pekerjaan ini adalah semata-mata hanya  ingin membantu dan melayani pekerjaan Tuhan. Tugas yang saya kerjakan adalah mengetik liturgi dan warta jemaat sekaligus menggandakannya (fotocopy) setelah itu melipat-lipatnya, merapikan file, dan mendata jemaat yang berulangtahun. Sepertinya mudah dan so simple...tetapi ternyata pekerjaan ini memiliki tantangan yang cukup besar bagi saya.

Keadaan Batu Kajang yang sering 'mati listrik' merupakan tantangan yang paling besar bagi saya. Karena tidak hanya 1 atau 2 jam, tetapi bisa 1 hari penuh bahkan pernah 3 hari berturut-turut listrik tidak menyala juga. Jika sudah begini, saya hanya bisa menarik nafas dalam-dalam bersyukur, karena mengeluh, marah-marah pun tidak ada gunanya hanya akan membuang energi. Saat itu gereja belum memiliki genset sehingga mau tidak mau saya harus berjalan 500 meter ke rumah salah satu jemaat di perumahan Kideco untuk mengetik terkadang juga mengeprint karena mesin printer pun ikut-ikutan ngadat. Biasanya perumahan Kideco yang tidak pernah mengalami mati listrik. Keadaan mati listrik ini juga berimbas pada mesin fotocopy yang tidak bisa beroperasi. Jadi selamatlah saya...selamat menikmati tantangan.

Tantangan lain yang cukup berat bagi saya adalah ketergantungan saya pada ojek. Saya tidak berani membawa sepeda motor sendiri karena kondisi sedang hamil anak pertama yang masih sangat dijaga. Saya punya beberapa nomor handphone tukang ojek. Jika ingin diantar atau dijemput tinggal menghubungi saja nomor-nomor tersebut. Kecuali pada hari jumat, hari tersebut merupakan hari dimana saya berdoa sekuat-kuatnya untuk dapat melaluinya dengan baik. Karena hari itu semua tukang ojek se-Batu Kajang mulai pukul 11.00 - 14.00, mereka menunaikan ibadah shalat jumat sehingga pada jam-jam tersebut tidak ada satupun tukang ojek yang beroperasi. Mereka mulai beraktivitas kembali diatas pukul 14.00. Padahal pukul 16.00 saya masih melanjutkan mengikuti ibadah Persatuan Wanita (PW). Hari yang cukup melelahkan bagi seorang wanita hamil tua.

Waktu kelahiran anak pertama kami pun tiba. Dengan perut besar hamil 9 bulan, saya menempuh perjalanan darat 4 jam menuju Penajam dan dilanjutkan hanya 45 menit dengan speedboat menuju Balikpapan tetapi rasanya seperti berjam-jam. Setelah melahirkan, saya menggendong bayi berumur 11 hari menyeberangi penajam dan pulang menuju Batu Kajang dengan menumpang mobil milik teman suami saya.

Ketika Karen berumur 2 bulan 2 minggu, saya harus mulai bekerja lagi. Rasanya berat sekali bekerja sambil menggendong bayi. Tetapi saya percaya, saya pasti dimampukan-Nya. Saya tidak mau Karen menjadi alasan untuk saya berhenti mengerjakan pekerjaan-Nya.

Setia pada hal-hal kecil, dipercayakan juga pada hal-hal besar. Satu per satu tantangan punya jawaban. Gereja mulai membeli sebuah genset baru dan printer baru. Honor saya mulai naik. Walaupun sedikit tetapi saya sangat bersyukur dengan honor yang tidak seberapa dapat dipakai membantu membayar sewa barak yang saat itu mengalami kenaikan harga sewa 3 kali dalam 1 tahun. Saya juga mendapat tawaran menempati rumah kontrakkan yang besar dekat dengan gereja, sehingga tidak perlu naik ojek lagi tetapi rumah tersebut baru akan ditempati bulan yang akan datang.

Hari demi hari, Karen semakin besar. Memasuki usia 7 bulan dia mulai merayap dan bersikap protes jika mamanya sibuk mengetik. Saya mulai agak repot, lembur sampai jauh malam, mengetik di rumah menunggu sampai Karen tertidur dulu. Rasanya ingin menyerah saja mau mengajukan pengunduran diri kepada gereja. Saya berdoa meminta pertolongan Tuhan, saya harus bagaimana... Awalnya sudah bertekad tidak mau menjadikan anak sebagai  alasan. Tetapi kenyataannya, saat itu memang anak menjadi alasan utama.

Pertengahan Mei 2010, suami saya mendapat panggilan kerja di Tarakan, Kalimantan Timur. Rencananya per 01 Juni 2010 sudah mulai bekerja disana. Sebelumnya suami saya memang mengirim beberapa lamaran ke perusahaan lain.  Saya dan Karen tidak bisa ikut ke Tarakan karena tidak ada tempat tinggal bagi keluarga. Jalan keluarnya, saya dan Karen pindah ke Yogyakarta tinggal disana. Jika cuti, suami akan ke Yogyakarta.

Satu lagi tantangan  punya jawaban. Saya punya  alasan yang jelas untuk dapat mengajukan surat pengunduran diri ke gereja. Kami mulai membungkus barang-barang kami dan mulai menyicil mengirimkannya ke Yogyakarta.

Tanggal 22 Mei 2010, saya resmi mengajukan pengunduran diri. Di hari yang sama juga, kami mendapatkan berita mengejutkan dari keluarga di Palangkaraya. Bapak Mertua yang sangat kami kasihi telah dipanggil Tuhan ke sorga. Suami saya sangat terpukul saat itu. Malam harinya, kami sekeluarga berangkat menuju Palangkaraya. Sisa-sisa barang milik kami dititipkan pada tetangga dan pemilik barak. Tuhan telah mengatur segala sesuatunya dengan baik.

Saat menulis ini, tidak terasa sudah 2 tahun kami meninggalkan Batu Kajang. Suami saya tetap bekerja di luar kota, di Sulawesi Utara. Hampir tiap malam saya selalu bercerita masa-masa kami dulu di Batu Kajang kepada kedua anak saya sebagai cerita pengantar tidur. Terutama Karen, dia sangat menyukainya. Mengingat saat-saat saya dan Karen harus berjalan kaki pulang tengah hari dari gereja di tokare menuju pangkalan ojek di ujung jalan boyan belanda sambil berkata 'terima kasih Tuhan Yesus....sabar ya 'nak, bentar lagi kita sampai'. Saat Karen baru berumur 11 hari sudah menempuh perjalanan panjang pulang dari Balikpapan (walaupun setelah itu ada seorang teman di PW bercerita, ia baru 4 hari melahirkan di Balikpapan sudah nekat pulang ke Batu Kajang menumpang bis Kideco...Luar biasa tuh Ibu).

Teringat pula saat saya dan suami, kami bersama-sama melayani dan saling mendukung dalam pelayanan itu rasanya indah sekali. Inilah yang masih menjadi impian kami berdua seperti yang kami lakukan dahulu di Batu Kajang, bersama-sama melayani dan bertumbuh di gereja lokal. Waktu tidak dapat diputar kembali. Saya yakin Tuhan telah mengatur semuanya dengan baik. Saat itu akan datang jauh lebih baik dan indah tentunya. Setiap tantangan pasti ada jawaban di dalam DIA.



Foto bersama Karen usia 5 bulan didepan rumah barak di Batu Kajang