Rabu, 03 April 2013

Berbagi Seperti Seorang Guru


"Eyen... cita-citamu nanti mau jadi apa?"
"Mau jadi robot, ma..."
"Haaaahhh???..... (mamanya terbengong-bengong)"

Saya lalu menjelaskan padanya arti cita-cita beserta dengan contoh-contohnya dengan pelan-pelan dan sesederhana mungkin. Akhirnya Eyen memiliki lima cita-cita. Pilot. Polisi. Pendeta. Pekerja Tambang. Guru.

Dari kelima cita-cita itu, saya memiliki perenungan sendiri tentang profesi Guru. Dan saya sempat mengucapkan dalam hati, semoga anak-anak saya kelak ada yang mau menjadi Guru.

Menurut saya benar bahwa profesi Guru adalah pekerjaan yang mulia. Jasanya sungguh besar dalam mencerdaskan anak bangsa. Jika dalam satu tahun ajaran saja, seorang Guru mengajar minimal 25 anak. Maka dalam lima tahun, seorang Guru telah ikut mencerdaskan  125 anak bangsa. Sayangnya upah Guru masih saja kecil tidak sebanding dengan jasanya yang besar.

Tetapi tidak mengapa. Upah kecil itu terbayar lunas dengan keberhasilan anak didik. Keberhasilan bukan saja dari anak didik. Tetapi datang juga dari anak kandungnya sendiri. Saya telah melihat bukti nyata dari Kakek saya. Beliau adalah seorang Guru Sekolah Dasar yang dahulu upahnya kecil, sekarang upah kebanggaan diperoleh dengan keberhasilan anak-anaknya. Demikian juga kisah hidup dari beberapa teman dan saudara yang memiliki orang tua berprofesi Guru.

Mungkin ini yang disebut sebagai hukum 'tabur tuai'. Guru, Dosen, Trainer, Pembicara, dan profesi pengajar lainnya. Mereka berbagi ilmu kepada banyak orang. Sungguh mulia.

Saya sebagai Ibu Rumah Tangga atau saya sebagai profesi apapun, belajar dari profesi Guru menjadikan 'berbagi' sebagai bagian dari tanggung jawab profesi. Bukan karena dengan berbagi akan mendapat upah materi yang besar. Hanya berbagi dengan hati yang tulus. Berbagi ilmu. Berbagi hal positif tentunya. Kepada banyak orang. Kepada lebih banyak orang.

Karena saya pun mau menuai. Kelak anak-anak saya berhasil seperti anak-anaknya seorang Guru.


Tidak ada komentar:

Posting Komentar