Minggu, 23 September 2012

Para Eyang


Kisah beberapa keluarga yang menggelisahkan hati saya, tidak ada maksud untuk mengumbarnya hanya  ingin berbagi sesuatu yang positif dari kisah-kisah ini...

  • Keluarga A
Suami bekerja di salah satu perusahaan swasta di Jakarta. Istri bekerja sebagai Pegawai Negeri Sipil (PNS) di pulau kecil di Sumatera. Memiliki 2 anak. Si kakak berumur 6 tahun, si adik berumur 10 bulan. Awalnya kedua anak ikut bersama Ibunya di pulau kecil sana. Sedangkan sang Ayah tetap bekerja di Jakarta. Semua berjalan baik-baik saja karena Ibu A ini memiliki seorang pembantu yang membantu pekerjaan rumah dan mengurus kedua anak. Tetapi akhirnya, pembantu harus pulang ke Jawa dan berhenti bekerja. Solusi sementara, si adik yang masih ASI terpaksa harus disapih dan dititipkan pada eyangnya di Yogyakarta. Sementara si kakak tetap tinggal bersama sang Ibu karena sudah bersekolah di sana. Sang Ayah, seminggu sekali setiap libur akhir pekan pulang ke Yogyakarta untuk menengok si adik.

  • Keluarga B
Suami dan istri bekerja pada perusahaan swasta di Jakarta. Memiliki 1 orang anak berumur 3 tahun. Baru-baru ini terpaksa harus menitipkan si anak pada eyangnya di Yogyakarta karena si anak yang ketahuan mendapat perlakuan kasar dari pembantu di rumah. Tidak hanya itu, jika si anak disuapi, lauk ikan atau daging diambil dan dimakan oleh pembantu. Sementara si anak diberi makan nasi hanya dengan sayur saja.
 
  • Keluarga C
Suami dan istri bekerja pada perusahaan swasta di Surabaya. Baru saja memiliki 1 orang anak berumur 5 bulan. Menitipkan si anak pada eyangnya di Yogyakarta. Sang eyang sendiri mengaku tidak begitu pandai memomong bayi sehingga dibantu jasa baby sitter dari agen. Tetapi baby sitter ini beberapa kali kabur seenaknya.

  • Keluarga D
Suami bekerja di luar kota Jakarta. Istri bekerja di Jakarta dengan 12 jam kerja, Senin sampai Jumat. Memiliki 3 anak. Anak pertama sekolah dasar kelas 2, anak kedua baru saja masuk TK, anak ketiga berumur 1 tahun. Lain hal dengan kisah keluarga sebelumnya, kali ini eyangnya yang mengalah dari Yogyakarta ke Jakarta untuk membantu memomong cucu-cucunya. Memiliki 1 pembantu saja ternyata tidak cukup.


Komentar saya:

Khusus untuk keluarga A, saya membayangkan jika saya di posisi Ibu A. Sungguh posisi yang begitu sulit harus berpisah dengan suami dan anak di tempat yang berbeda. Sementara sebagai PNS, waktu cuti tidak sebebas cuti pekerja swasta. Hmm...maukah Ayah A mengalah??

Bagaimanapun pilihan ada pada mereka. Saya yakin mereka sebagai suami istri sudah membahas dengan sematang-matangnya pilihan yang harus dijalani. Pasti ada alasan dan maksud yang lebih baik yang membuat mereka berada pada posisi saat ini.

Dari semua kisah diatas, saya cukup terhibur dengan hadirnya para eyang. Bersyukur mereka masih memiliki orang tua yang sangat care dan bijaksana. Di saat-saat menikmati waktu pensiun, masa berdua dengan pasangan, dengan tenaga yang terbatas para eyang masih dapat diandalkan untuk membantu mengurus cucu-cucu yang masih membutuhkan perhatian besar dari Ayah Ibunya. Oh...betapa beruntungnya mereka.

what do you think neighbors??


Tidak ada komentar:

Posting Komentar